Menulis berasal dari kata dasar tulis, menurut kamus besar bahasa Indonesia/KBBI. Tulis, bertulis: ada huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat dan sebagainya). Jika ditambah awalan “ME”, berarti kata hidup yang berarti sedang/sudah dikerjakan. Jadi menulis adalah pekerjaan yang menyusun serangkaian huruf dan angka menjadi kata yang digabung menjadi kalimat kemudian disatukan ke dalam sebuah paragraf yang mempunyai makna dan maksud tertentu. Dalam menulis ada satu faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu: penggunaan bahasa baku sesuai ejaan yang disempurnakan/EYD. Menulis juga terdapat berbagai macam model seperti, menulis tergolong mudah yaitu: menulis cerpen, buku harian dan sebagainya. Sedangkan menulis tergolong rumit yaitu: menulis buku, makalah/paper, artikel, dan sebagainya. Yang saya tulis ini termasuk menulis mudah, karena penulisannya tidak terlalu terikat kaidah atau syarat tertentu, kecuali hanya berdasarkan pada penggunaan bahasa yang baku. Sedangkan menulis tergolong rumit, karena harus berpatokan pada kaidah maupun syarat tertentu. Salah satu contoh menulis makalah/paper, harus tersusun dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi, Bab I Pendahuluan: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, dan Tujuan dan manfaat penulisan/penelitian. Bab II Kajian teori. Bab III Pembahasan. Bab IV Penutup: Kesimpulan, dan Saran. Yang terakhir Daftar Pustaka. Rumit bukan ?.
Setiap orang dibagi dalam dua bagian diantaranya: orang akademik dan nonakademik. Pembagian ini bertujuan memilah setiap penulisan. Pada umumnya orang akademik lebih banyak menulis daripada nonakademik. Alasan yang kuat dan jelas adalah karena orang akademik lebih berpengatahuan.
Di Malut/Maluku Utara sendiri, orang akademik sudah termasuk banyak, dengan berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda, yang berasal dari berbagai daerah di Malut. Namun yang menjadi permasalahannya adalah kenapa tulisan-tulisan dari masing-masing daerah yang memuat tentang berbagai potensi dan sekurang-kurangnya pengenalan terhadap daerah yang ditempati kepada publik, Jarang dan bahkan tidak dijumpai di internet?. Bukannya kita sepakat dan sudah menjalani, kalau globalisasi sekarang ini adalah zamannya sains dan teknologi ?, mungkinkah karena kalangan akademik di setiap daerah tidak mempunyai kemampuan menulis atau bahkan hanya mendeskripsikan potensi daerah yang ditempati dalam bentuk tulisan dan sebagainya.
Masalah perkembangan kemajuan suatu daerah merupakan tanggungjawab pemerintah daerah maupun masyarakatnya.faktanya kita lebih banyak menemukan tulisan-tulisan daerah yang sudah maju, seperti kota dan kabupaten, yang menjadi pusat pemerintahannya dibanding daerah-daerah yang hanya bisa menjadi parasit dan seyogyanya bisa mengambil peluang keuntungan dari induk. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Satu masalah serius yang berkepanjangan nantinya, yang pernah saya alami. Ketika ada tugas kuliah dengan judul tugas “Perancangan Kawasan Ekowisata Sigela”, dimana saya menemukan suatu keprihatinan serius terhadap pemerintah, masyarakat ilmiah atau masyarakat biasa dalam mengelola dan mengekspos salah satu objek wisata ini. Karena yang terdapat di internet selama searching/mencari data mengenai objek tugas terkait selama pekerjaan tugas kuliah tersebut, saya hanya menemukan nama objek wisata air terjun Sigela yang tercantum dalam peraturan Walikota Tidore Kepulauan tahun 2015, dan beberapa foto yang tidak begitu orisinal dan menarik untuk dipakai dalam penyelesaian tugas. Ketakutan saya, jika masalah seperti ini berjalan entah sampai daerah tersebut menjadi maju yang tidak pasti progresnya. Yang tidak mempunyai tulisan-tulisan terhadap daerah yang kita tempati, maka generasi penerus tetap menjadi buta, tidak mengenal daerah-daerah Malut juga tidak ada rasa bangga terhadap daerah sendiri. Yang seharusnya diekspos dan diketahui publik karena daerah-daerah Malut mempunyai begitu banyak potensi. Tulisan ini merupakan sedikit gambaran, bagaimana cara menulis dan yang penting apa yang ingin kita tulis.
Teknologi yang sudah bisa dirasakan diseluruh pelosok daerah, seharusnya bisa dimanfaatkan secara baik dan benar juga mempunyai nilai pembelajaran terhadap publik. Tetapi yang terjadi handphone/telpon genggam lebih banyak digunakan untuk mengupload foto selfi dan sebagainya yang tidak ada niai tambahnya. Sebagai orang dengan pengetahuan dan ambisi, kita seharusnya menyadari, satu tulisan cerita daerah kecil bisa menjadi satu batu loncatan untuk 10 cerita berikutnya. Tentunya harus mempunyai nilai pembelajaran yang harus menjadi perhatian kita bersama.
Kemudian bisa diperhatikan...!
Bagi orang-orang yang mempunyai akal pikiran yang sehat tentunya.
Sandy boulder
Senin, 16 Mei 2016
Ternate
2 komentar
komentarmenarik, tapi masih ada yang kurang tepat di bagian paragraf pertama baris kedua sampai akhir paragram ke lima dan paragraf ke tiga, redaksi bahasanya belum menyentuh. sekedar saran. sya jga punya blok banyak kritikan yg masuk tpi senang rasanya karena sifat membangun.
Replyterima kasih atas saran dan kritikannya yang membangun, tapi saya merupakan pemula dalam menulis jadi saya sadar akan hal itu..dan bisa introspeksi diri untuk lebih baik lagi dalam menulis
Reply