KATA-KATA
BIJAK
SEBAGAI
PENENGAH MASALAH
Kata-kata bijak adalah
serangkaian kata-kata yang disusun berdasarkan analisa terhadap diksi (pilihan
kata, pengandaian pada kenyataannya)
menjadi kalimat dengan mengandung maksud dan makna yang mendalam. Walaupun pada
penyebutannya dipakai sebutan kata bijak, yang pada aturannya kata adalah
kumpulan huruf-huruf yang disusun berdasarkan pada konsep dan kaidah bahasa
yang dipakai dan bijak adalah adil dan arif. Tetapi pada kenyataannya disebut
kata-kata bijak dan sering secara langsung disebut kata bijak. Dan yang menjadi
kebenaran penyebutannya adalah kata-kata bijak. Karena disebut kata-kata yang
berarti beberapa kata yang dirangkai menurut pilihan diksi terbaik dan secara
otomatis ketika terdapat serangkaian beberapa kata maka itu disebut sebuah
kalimat, dengan tambahan kata bijak yang berdasarkan pada keadilan dan kearifan
yang menyangkut dengan tata bahasa.
Sebagai suatu contoh
kata-kata bijak misal: “hidup adalah pilihan”, menurut saya ketika hidup adalah
pilihan berarti manusia dapat memilih dan memilih apa yang dia inginkan. Tetapi
tidak semua pilihan manusia akan sesuai dengan kebenaran secara obyektif, sebab
manusia punya pilihan hidupnya sendiri. Sebagian manusia memilih dengan jalan
hidup yang menurut kebenaran obyektifnya dibenarkan, tetapi sebagian manusia
yang lain menjalani hidupnya dan menurut kebenaran obyektif tidak dibenarkan
dan mereka menganggap inilah yang harus saya lakukan, diluar alasan
sebab-akibat dari kedua perkara. Melainkan bagaimana saya ingin menjelaskan
sedikit pemahaman saya tentang kata-kata bijak adalah jalan penengah kehidupan
yang membuat kita bersenang sementara adanya. Maksud saya ketika manusia dalam
keadaan baik-baik maupun tidak dalam keadaan baik-baik saja dalam menjalani
hidupnya manusia sering membutuhkan nasihat dan motivasi dalam kehidupannya
untuk tetap kuat, tegar dan punya semangat dalam menjalani hidup.
Kata-kata bijak sebagai
jalan penengah karena hanya bersifat nasihat dan motivasi dalam hidup, pada
umumnya ketika saya perhatikan manusia cenderung mendengarkan dan mengatakan
luar biasa (wow) ketika mendengarkan kata-kata bijak, dan kemudian hilanglah
sudah bahasa luar biasa yang dia dengarkan dan sebutkan, dari cara melihat cara
menjalani kehidupannya sehari-hari. Karena manusia harus menyesuaikan dengan
lingkungan dan masyarakat yang dia tempati. Misal: “manusia yang terpelajar
akan berkata saya manusia berpendidikan, dan kalian yang tidak terpelajar harus
mengikuti aturan saya”. Pada realitanya banyak manusia yang terpelajar lebih
mengikuti aturan manusia yang tidak terpelajar karena mudah dimengerti dan
dijalani. Tetapi orang yang tidak terpelajar akan bertanya dan kebingunan
dengan aturan manusia yang terpelajar, karena berdasarkan optimalisasi
pemikiran dan analisa terhadap sebab-akibat yang akan terjadi, jadi ini terjadi
malah justru sebaliknya.
Contoh universal dan
tren adalah kasus korupsi atau penggelapan uang dengan nilai uang yang begitu
banyak dan itu bukan hak milik, melainkan kepentingan masyarakat ramai. Secara
langsung ini moralnya manusia yang tidak terpelajar, sebab optimalisasi
pemikiran dan analisa itu sudah tertutup dengan kemudahan pencapain pemikiran
yang efesiensi dalam jangka waktu singkat menghasilkan uang banyak alias
mencuri hak orang lain atau bahasa elitnya korupsi. Bagi pejabat mencuri hak
orang lain disebut korupsi yang bermajas elit dan terdengar keren, ketika
protokol berita di televisi menyebutkan kasus mencuri uang negara oleh pejabat
negara dengan inisial contoh ‘GT’ di depan kameranya seakan dilarang dan
menjadi tidak etis dalam tata bahasa reporter televisi dan media pers yang
lain. Sedangkan jika seorang masyarakat biasa mencuri uang atau sesuatu yang
lain milik orang lain, dengan spontan dan etisnya sang protokol dengan lantangnya
menyebut bahwa inisial misal ‘GT’ mencuri uang sebesar sekian, atau mencuri
buah ini dan sebagainya. Tentu saya tahu bahwa penyebutan korupsi merupakan
penyebutan terhadap pelaku yang mencuri uang dengan jumlah yang besar, tetapi
ini sudah terlihat penggolongan yang membedakan masyarakat bawah dan masyarakat
atas dan sudah menjadi budaya di Indonesia, yang malah bertentangan dengan
Slogannya Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetap satu). Mungkin ketika
masyarakat biasa disebut korupsi lebih memberatkan kehidupan mereka ?, ya
mungkin atau membuat mereka terlihat elit juga, tetapi bukankah penyebutan itu
tidak berpengaruh terhadap masalah hukum yang dia langgar, dan pada akhirnya
dia diberi sangsi. Atau penyebutan korupsi bagi masyarakat biasa menjadi suatu
aib besar ?, dan itu tidak berpengaruh terhadap pelaku-pelaku korupsi yang kian
maraknya membludak, karena apa?, sekali lagi karena penyebutan itu tidak
berpengaruh terhadap pelanggaran hukum si pelaku, dan pada akhirnya diberi
sangsi sesuai dengan pelanggaran hukum.
Saya cukup panjang
lebar menjelaskan satu contoh di atas. Kembali lagi dengan kata-kata bijak yang
saya sebut sebagai penengah kehidupan manusia, yang membuat manusia secara
drastis meloncat dari standarnya ke tengah jalan hidupnya, bagai bertamasya ke
suatu tempat indah dengan pikiran segar dengan tenang mendengarkan nasihat dan
motivasi dari pembicara. Menyebabkan dia lupa sejenak apa yang dia mulai dan
apa yang dia targetkan, setelah selesai dari bertamasya dia mulai sadar dengan
kehidupannya yang penuh dengan tanda tanya dari awal proses dan targetnya. Dan
dia sadar bahwa kata-kata bijak tadi hanya intermeso dalam kehidupan ini,
karena dia tahu bahwa penyelesaian masalah hidupnya tidak semudah dengan
berkata-kata bijak. Melainkan berserah diri kepada sang Khalik dan terus
berusaha pada awal, biarkan tengahnya kita jumpai sendiri dari kesabaran,
kegigihan dan usaha kerja keras kita, sebab target kehidupan kita masih terlalu
panjang untuk diraih kalau hanya berdiam diri.
Tulisan di atas ini
terdengar dan mungkin tergolong kata-kata bijak, tetapi yang menjadi kendala
sebenarnya adalah ketika manusia menjadi bingun dengan kata-kata bijak ini,
karena setiap kemudahan tata bahasa dengan penggunaan kata yang mudah di pahami
tetapi memiliki majas dan pengandaian pada kenyataan yang perlu dipahami oleh
masyarakat awam. Maka secara tidak langsung masyarakat awam akan berpikir dan
mengingat apa yang mudah dia cerna dan mengerti. Namun ketika ada penggunaan
tata bahasa yang asing maka menjadi tidak berarti kepada khlayak ramai, sebab
ini akan kembali lagi ke sistim kasta. Jadi jangan terlalu banyak berpikir,
cobalah untuk memulainya sekarang juga selagi punya kesempatan dan tetap
berusaha pada kebenaran obyektif. Saya juga tidak berbeda pendapat tentang
adanya kata-kata bijak, sebab manusia perlu nasihat dan motivasikan?. Hanya
saja saya mecoba menjelaskan pengaruh kata-kata bijak terhadap progres
kehidupan manusia pada umumnya.
Semoga tulisan ini
bermanfaat dan ketika ada kata-kata dalam penulisan saya ada yang salah dan
menyinggung perasaan saudara mohon dimaafkan karena niat saya bukan untuk
mencela, tetapi bagaimana pada penglihatan saya penulis terhadap
masalah-masalah sepele yang menurut saya patut untuk ditulis, karena ketika
manusia sampai pada ujung anak tangga yang ke seratus dia akan lupa dengan anak
tangga keberapah yang dia naiki saat dia
hampir terjatuh atau beristirahat sejenak.
Ketika saya menulis ini
dalam keadaan bulan puasa pada tahun 2016, tepatnya pada puasa awal pada Senin,
6 Mei 2016, dan yang menjadi sebuah kata-kata bijak yang paling ampuh dalam
bulan dan tahun ini adalah: “Selamat Datang Bulan Suci Ramadhan 1437 H”. Dan
keampuhannya adalah pada saat itulah semua umat muslim menjalani puasa bersama,
shalat-shalat wajib dan sunnah bersama, dan melakukan amal-amal baik lainnya,
sampai berakhir bulan suci ini, karena ketika mendengar “Bulan Suci Ramadhan
1437 H” semua yang muslim akan selalu mengingatnya dan langsung melakukan
maksud dan makna yang terkandung dalam kata-kata “Bulan Suci Ramadhan”.
Walaupun pada kenyataannya sebagian orang akan sia-sia perbuatannya selama
bulan puasa ketika sudah berakhir bulan ramadhan.